BEIJING - China telah mengambil langkah terbaru untuk menjadikan Negeri Tirai Bambu itu adikuasa teknologi antariksa. Kemarin, Beijing sukses meluncurkan pesawat antariksa Shenzhou VIII.
Wahana tanpa awak itu diluncurkan dengan bantuan roket LongMarch 2F yang dimodifikasi dari Pusat Antariksa Jiuquan di Gurun Gobi pada pukul 05.58 waktu setempat (pukul 04.58 WIB). Pesawat antariksa itu kemudian memisahkan diri dari roket peluncurnya sekitar 200 kilometer di atas Bumi.
Sesampainya di orbit Bumi, Shenzhou VIII akan menggabungkan diri dengan laboratorium antariksa Tiangong-1 atau ‘’Heavenly Palace’’, mungkin dalam beberapa hari. Penggabungan itu berlangsung di tempat yang akan menjadi pengaitan ruang angkasa pertama negara itu dengan sebuah modul yang telah mengorbit Bumi.
Percobaan pengaitan itu merupakan bagian dari persiapan China untuk membangun stasiun antariksa pertama pada 2020, tempat para astronot bisa tinggal selama beberapa bulan, seperti yang mereka lakukan di Stasiun Antariksa Internasional NASA atau bekas Rusia, Mir.
Teknologi pengaitan di ruang angkasa itu sangat penting karena kedua wahana tersebut ditempatkan di orbit yang sama dan memutari Bumi sekitar 28.000 kilometer per jam. Mereka harus bersatu secara progresif untuk menghindari penghancuran satu sama lain.
Shenzhou dan Tiangong akan menggunakan radar dan sensor optik guna saling mendekat dan menuntun mereka hingga proses penggabungan usai.
Selanjutnya, kedua wahana itu akan mengelilingi Bumi selama 12 hari sebelum kembali memisahkan diri dan menggabungan diri lagi.
Dan pada puncaknya, Shenzhou VIII akan memisahkan diri untuk kemudian kembali ke Bumi. Saat pulang ke Bumi, Shenzhou VIII akan membawa hasil eksperimen antara lain kotak berisi ikan, tumbuhan, cacing, bakteri, dan sel kanker manusia untuk dianalisa.
Misi Berawak
Jika berhasil, China akan meluncurkan dua wahana antariksa lain tahun depan untuk melakukan lebih banyak percobaan pengaitan (pesawat ruang angkasa).
Menurut kantor berita Xinhua, sedikitnya sebuah pesawat akan diawaki, dan dua wanita astronaut akan termasuk di antara mereka yang dilatih untuk misi tersebut. Jika terpilih, mereka akan menjadi wanita pertama China yang dikirim ke ruang angkasa.
Modul laboratorium antariksa Tiangong-1 diluncurkan pada 29 September lalu dan sejauh ini beroperasi normal. Dan untuk menyambut Shenzhou VIII, ketinggian orbit Tiangong-1 diturunkan dan digeser 180 derajat.
Beijing melihat misi Shenzhou VIII tersebut sebagai sebuah langkah mempersiapkan kemampuan untuk melakukan misi antariksa berawak.
Selain itu, misi itu merupakan bagian dari ambisi China untuk membangun stasiun antariksa yang akan dimulai akhir dekade ini. Stasiun masa depan seberat 60 ton itu berukuran lebih kecil dibandingkan stasiun serupa seberat 400 ton yang dioperasikan Amerika Serikat, Rusia, Eropa, Kanada, dan Jepang. Meski demikian kehadiran stasiun antariksa China ini tetap merupakan bukti prestasi tinggi ilmuwan Negeri Tirai Bambu itu.
China memulai program penerbangan antariksa berawak pada 1990 setelah negara itu membeli teknologi Rusia dan pada 2003 menjadi negara ketiga yang akan mengirim manusia ke ruang angkasa, setelah bekas Uni Soviet dan Amerika Serikat.(afp,bbc-niek-31)
sumber : suaramerdeka.com
Wahana tanpa awak itu diluncurkan dengan bantuan roket LongMarch 2F yang dimodifikasi dari Pusat Antariksa Jiuquan di Gurun Gobi pada pukul 05.58 waktu setempat (pukul 04.58 WIB). Pesawat antariksa itu kemudian memisahkan diri dari roket peluncurnya sekitar 200 kilometer di atas Bumi.
Sesampainya di orbit Bumi, Shenzhou VIII akan menggabungkan diri dengan laboratorium antariksa Tiangong-1 atau ‘’Heavenly Palace’’, mungkin dalam beberapa hari. Penggabungan itu berlangsung di tempat yang akan menjadi pengaitan ruang angkasa pertama negara itu dengan sebuah modul yang telah mengorbit Bumi.
Percobaan pengaitan itu merupakan bagian dari persiapan China untuk membangun stasiun antariksa pertama pada 2020, tempat para astronot bisa tinggal selama beberapa bulan, seperti yang mereka lakukan di Stasiun Antariksa Internasional NASA atau bekas Rusia, Mir.
Teknologi pengaitan di ruang angkasa itu sangat penting karena kedua wahana tersebut ditempatkan di orbit yang sama dan memutari Bumi sekitar 28.000 kilometer per jam. Mereka harus bersatu secara progresif untuk menghindari penghancuran satu sama lain.
Shenzhou dan Tiangong akan menggunakan radar dan sensor optik guna saling mendekat dan menuntun mereka hingga proses penggabungan usai.
Selanjutnya, kedua wahana itu akan mengelilingi Bumi selama 12 hari sebelum kembali memisahkan diri dan menggabungan diri lagi.
Dan pada puncaknya, Shenzhou VIII akan memisahkan diri untuk kemudian kembali ke Bumi. Saat pulang ke Bumi, Shenzhou VIII akan membawa hasil eksperimen antara lain kotak berisi ikan, tumbuhan, cacing, bakteri, dan sel kanker manusia untuk dianalisa.
Misi Berawak
Jika berhasil, China akan meluncurkan dua wahana antariksa lain tahun depan untuk melakukan lebih banyak percobaan pengaitan (pesawat ruang angkasa).
Menurut kantor berita Xinhua, sedikitnya sebuah pesawat akan diawaki, dan dua wanita astronaut akan termasuk di antara mereka yang dilatih untuk misi tersebut. Jika terpilih, mereka akan menjadi wanita pertama China yang dikirim ke ruang angkasa.
Modul laboratorium antariksa Tiangong-1 diluncurkan pada 29 September lalu dan sejauh ini beroperasi normal. Dan untuk menyambut Shenzhou VIII, ketinggian orbit Tiangong-1 diturunkan dan digeser 180 derajat.
Beijing melihat misi Shenzhou VIII tersebut sebagai sebuah langkah mempersiapkan kemampuan untuk melakukan misi antariksa berawak.
Selain itu, misi itu merupakan bagian dari ambisi China untuk membangun stasiun antariksa yang akan dimulai akhir dekade ini. Stasiun masa depan seberat 60 ton itu berukuran lebih kecil dibandingkan stasiun serupa seberat 400 ton yang dioperasikan Amerika Serikat, Rusia, Eropa, Kanada, dan Jepang. Meski demikian kehadiran stasiun antariksa China ini tetap merupakan bukti prestasi tinggi ilmuwan Negeri Tirai Bambu itu.
China memulai program penerbangan antariksa berawak pada 1990 setelah negara itu membeli teknologi Rusia dan pada 2003 menjadi negara ketiga yang akan mengirim manusia ke ruang angkasa, setelah bekas Uni Soviet dan Amerika Serikat.(afp,bbc-niek-31)
sumber : suaramerdeka.com
0 komentar
Silahkan Beri Komentar Saudara...